Kamis, 15 April 2010

TUNAS



TUNAS, adalah salah satu produk tabungan dari BANK BPD DIY yang segmen nya adalah anak-anak. Mendidik dan menanamkan kebiasaan menabung sejak dini.


Photo by: Nurrahman Al Maghribi


Edited by: Nurrahman Al Maghribi

Client: Bank BPD DIY

Jumat, 02 April 2010

Komposisi Dalam Fotografi - 2



Tekstur
Sebuah foto dengan gambar teksur yang menonjol dapat merupakan sebuah bentuk kreatif dari shape atau pattern. Jika memadai, tekstur akan memberikan realisme pada foto, membawa kedalaman dan kesan tiga dimensi ke subyek anda.
Tekstur dapat terlihat jelas pada dua sisi yang berbeda. Ada tekstur yang dapat ditemukan bila kita mendekatkan diri pada subyek untuk memperbesar apa yang kita lihat, misalnya bila kita ingin memotret tekstur permukaan sehelai daun. Ada pula saat dimana kita harus mundur karena subyek yang kita tuju adalah pemandangan yang sangat luas. Tekstur juga muncul ketika cahaya menerpa sebuah permukaan dengan sudut rendah, membentuk bayangan yang sama dalam area tertentu.

Memotret tekstur dianggap berhasil bila pemotret dapat mengkomunikasikan sedemikian rupa sehingga pengamat foto seolah dapat merasakan permukaan tersebut bila menyentuhnya. Sama seperti pattern, tekstur paling baik ditampilkan dengan beberapa variasi dan nampak melebar hingga keluar batas gambar.

Pattern
Pattern yang berupa pengulangan shape, garis dan warna adalah elemen visual lainnya yang dapat menjadi unsur penarik perhatian utama. Keberadaan pengulangan itu menimbulkan kesan ritmik dan harmoni dalam gambar. Tapi, terlalu banyak keseragaman akan mengakibatkan gambar menjadi membosankan. Rahasia penggunaan pattern adalah menemukan variasi yang mampu menangkap perhatian pemerhati.
Pattern biasanya paling baik diungkapkan dengan merata. Walaupun pencahayaan dan sudut bidikan kamera membuat sebuah gambar cenderung kurang kesan kedalamannya dan memungkinkan sesuatu yang berulangkali menjadi menonjol.

Warna
Warna dalam gambar dan bagaimana mereka diatur dapat membuat atau mematahkan bidikan foto. Warna-warna cerah dapat menambah semangat, energi dan minat - tetapi dalam posisi yang salah mereka juga dapat mengalihkan perhatian penonton dari suatu gambar jauh dari titik fokus.

Warna juga sangat mempengaruhi 'mood'. Warna biru dan hijau dapat memberikan dampak menenangkan, Merah dan kuning dapat menyampaikan energi, kesan semangat dll.

Framming
Biasanya kita menggunakan ‘frame’ untuk menggantung foto kita di dinding. Namun ‘Framming’ atau ‘membingkai’ dapat digunakan dalam komposisi fotografi yang dapat membantu sorot titik utama bidikan gambar yang anda inginkan. Hal ini memberikan kesan atau konteks kedalaman gambar tersebut.



Komposisi Dalam Fotografi

KOMPOSISI DALAM FOTOGRAFI

Komposisi adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang gambar sehingga objek menjadi pusat perhatian (POI=Point of Interest). Dengan mengatur komposisi foto, kita juga dapat membangun "mood" suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek. Berbicara komposisi, selalu terkait dengan kepekaan dan "rasa" (sense). Untuk itu sangat diperlukan upaya untuk melatih kepekaan kita agar dapat memotret dengan komposisi yang baik. Komposisi dalam fotografi pada dasarnya adalah penyusunan elemen yang ada disekitar obyek foto yang kemudian kita rangkai dalam sebuah bingkai (frame) untuk menghasilkan sebuah gambar yang memiliki kesimbangan antara warna, garis-garis, gelap terang dsb. Dari keinginan itu, sehingga terjadi sebuah pencitraan gambar yang menarik untuk kita lihat. Penguasaan komposisi dalam memotret sangatlah penting. Karena keberhasilan seorang fotografer sebenarnya terletak pada daya kreativitas untuk membuat kompoisi, di samping penguasaan tehnik fotografi.

Dalam memotret tentu kita banyak memiliki pilihan angle (sudut pengambilan) apakah itu dari samping, depan, atas atau bawah atau dari mana saja. Pemilihan angle masing-masing pemotret pasti tidak sama. Bagi seorang pemula seringkali dihadapkan pada berbagai masala
h saat dalam menentukan posisi saat memotret dan dalam pemilihan angle. Bingung, tidak yakin dan kurang pecaya diri, kerap menyelimuti saat melakukan pemotretan. Hal ini karena fotografer tidak memiliki target foto yang diinginkan dalam memotret. Itu sebabnya, ketika akan memotret seorang fotogarafer sudah harus memiliki konsep, atau rencana foto yang akan di hasilkan nanti seperti apa. Sehingga untuk memulai dalam memotret, dan mengambil posisi tidak mengalami kesulitan.


Dalam prakteknya, memotret tidak ada suatu keharusan untuk menentukan posisi yang tepat, apakah harus dari depan, dari samping dari atas dst. Semuanya diserahkan kepada fotografer itu sendiri. Karena hal ini tergantung dari keinginan atau kebutuhan gambar yang akan dihasilkan nantinya. Itu sebabnya, sebelum memlakukan pemotretan harus membuat konsep telebih dahulu, paling tidak ada bayangan dalam benak diri kita, tentang foto yang akan diinginkan seperti apa. Dari pemikiran itulah barulah kemudian menentukan posisi yang tepat. Namun untuk menghadirkan komposisi yang dinamis diperlukan juga kehadiran irama. Irama ini terjadi karena adanya pengulangan berkali-kali sebuah objek yang berukuran kecil. Kehadiran irama dalam gambar mengesankan adanya suatu gerakan. Pada posting yang sebelumnya telah dijelaskan mengenai nirmana, bisa diartikan bahwa nirmana adalah unsur-unsur atau hal dasar dalam membentuk komposisi. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengertian pembentukan komposisi dalam fotografi antara lain adalah:


Line & Curves

Komposisi ini berdasarkan pada garis dan curve yang membentuk arah penglihatan menuju object utama. Secara tidak sadar mata kita selalu mengikuti arah garis jika melihat sebuah foto yang memang ada garisnya, untuk itu sebagai fotografer kita dituntut untuk bisa memanfaatkan garis ini semaksimal mungkin untuk menggiring mata yang melihat foto yang kita ciptakan ke object utama. Garis bisa berupa apa saja, bisa jalan, sungai, pagar, tali atau bahkan bayangan. Garis adalah hal yang setiap hari bisa kita temui di mana saja, ia bisa menggabungan beberapa elemen menjadi satu kesatuan atau bisa memisahkannya menjadi bagian-bagian yang berdiri sendiri.

Komposisi line & curve bisa berupa komposisi diagonal, vertical, horizontal dan kurva atau garis lengkung yang masing-masing bisa membentuk mood tersendiri. Vertical biasa digunakan untuk kesan kuat yang diterapkan pada cityscape. Horizontal bisa memberikan mood kedamaian, biasanya diterapkan pada landscape, diagonal memberikan mood pergerakan dan kurva memberikan mood elegan seperti yang sering diterapkan pada portrait wanita dengan menggunakan S curve.



Fotografer yang baik kerap menggunakan garis pada karya-karya mereka untuk membawa perhatian pengamat pada subjek utama. Garis juga dapat menimbulkan kesan kedalaman dan memperlihatkan gerak pada gambar. Ketika garis-garis itu sendiri digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah gambar-gambar menjadi menarik perhatian. Tidak penting apakah garis itu lurus, melingkar atau melengkung, membawa mata keluar dari gambar. Yang penting garis-garis itu menjadi dinamis.


Salah satu formula paling sederhana yang dapat membuat sebuah foto menarik perhatian adalah dengan memberi prioritas pada sebuah elemen visual. Shape adalah salah satunya. Kita umumnya menganggap shape sebagai outline yang tercipta karena sebuah shape terbentuk, pada intinya, subjek foto, gambar dianggap memiliki kekuatan visual dan kualitas abstrak. Untuk membuat shape menonjol, anda harus mampu memisahkan shape tersebut dari lingkungan sekitarnya atau dari latar belakang yang terlalu ramai. Untuk membuat kontras kuat antara shape dan sekitarnya yang membentuk shape tersebut. Kontras ini dapat terjadi sebagai akibat dari perbedaan gelap terang atau perbedaan warna.

Sebuah shape tentu saja tidak berdiri sendiri. Ketika masuk kedalam sebuah pemandangan yang berisi dua atau lebih shape yang sama, kita juga dapat meng-crop salah satu shape untuk memperkuat kualitas gambar.

Rabu, 27 Mei 2009

NIRMANA

Nirmana adalah pengorganisasian atau penyusunan elemen-elemen visual seperti titik, garis, warna, ruang dan tekstur menjadi satu kesatuan yang harmonis. Nirmana dapat juga diartikan sebagai hasil angan-angan dalam bentuk dwimatra, trimatra yang harus mempunyai nilai keindahan. Nirmana disebut juga ilmu tatarupa. Elemen –elemen seni rupa dapat dikelompokan menjadi 4 bagian berdasarkan bentuknya.
Titik, titik adalah suatu bentuk kecil yang tidak mempunyai dimensi. Raut titik yang paling umum adalah bundaran sederhana, mampat, tak bersudut dan tanpa arah.

Garis, garis adalah suatu hasil goresan nyata dan batas limit suatu benda, ruang, rangkaian masa dan warna.

Bidang, bidang adalah suatu bentuk pipih tanpa ketebalan, mempunyai dimensi pajang, lebar dan luas; mempunyai kedudukan, arah dan dibatasi oleh garis.

Gempal, gempal adalah bentuk bidang yang mempunyai dimensi ketebalan dan kedalaman.

Penyusunan merupakan suatu proses pengaturan atau disebut juga komposisi dari bentuk-bentuk menjadi satu susunan yang baik. Ada beberapa aturan yang perlu digunakan untuk menyusun bentuk-bentuk tersebut. Walaupun penerapan prinsip-prinsip penyusunan tidak bersifat mutlak, namun karya seni yang tercipta harus layak disebut karya yang baik. Perlu diketahui bahwa prinsip-prinsip ini bersifat subyektif terhadap penciptanya.

Dalam ilmu desain grafis, selain prinsip-prinsip diatas ada beberapa prinsip utama untuk tujuan komunikasi dari sebuah karya desain.

Ruang Kosong (White Space)
Ruang kosong dimaksudkan agar karya tidak terlalu padat dalam penempatannya pada sebuah bidang dan menjadikan sebuah obyek menjadi dominan.

Kejelasan (Clarity)
Kejelasan atau clarity mempengaruhi penafsiran penonton akan sebuah karya. Bagaimana sebuah karya tersebut dapat mudah dimengerti dan tidak menimbulkan ambigu/ makna ganda.

Kesederhanaan (Simplicity)
Kesederhanaan menuntut penciptaan karya yang tidak lebih dan tidak kurang. Kesederhanaan seing juga diartikan tepat dan tidak berlebihan. Pencapaian kesederhanaan mendorong penikmat untuk menatap lama dan tidak merasa jenuh.
Emphasis (Point of Interest)

Emphasis atau disebut juga pusat perhatian, merupakan pengembangan dominasi yang bertujuan untuk menonjolkan salah satu unsur sebagai pusat perhatian sehingga mencapai nilai artistic.

Prinsip – prinsip dasar seni rupa

Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat penting. Tidak adanya kesatuan dalam sebuah karya rupa akan membuat karya tersebut terlihat cerai-berai, kacau-balau yang mengakibatkan karya tersebut tidak nyaman dipandang. Prinsip ini sesungguhnya adalah prinsip hubungan. Jika salah satu atau beberapa unsur rupa mempunyai hubungan (warna, raut, arah, dll), maka kesatuan telah tercapai.

Keseimbangan (Balance)
Karya seni dan desain harus memiliki keseimbangan agar nyaman dipandang dan tidak membuat gelisah. Seperti halnya jika kita melihat pohon atau bangunan yang akan roboh, kita measa tidak nyaman dan cenderung gelisah. Keseimbangan adalah keadaan yang dialami oleh suatu benda jika semua dayan yang bekerja saling meniadakan. Dalam bidang seni keseimbangan ini tidak dapat diukur tapi dapat dirasakan, yaitu suatu keadaan dimana semua bagian dalam sebuah karya tidak ada yang saling membebani.

Proporsi (Proportion)
Proporsi termasuk prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh keserasian. Untuk memperoleh keserasian dalam sebuah karya diperlukan perbandingan –perbandingan yang tepat. Pada dasarnya proporsi adalah perbandingan matematis dalam sebuah bidang. Proporsi Agung (The Golden Mean) adalah proporsi yang paling populer dan dipakai hingga saat ini dalam karya seni rupa hingga karya arsitektur. Proporsi ini menggunakan deret bilangan Fibonacci yang mempunyai perbandingan 1:1,618, sering juga dipakai 8 : 13. Konon proporsi ini adalah perbandingan yang ditemukan di benda-benda alam termasuk struktur ukuran tubuh manusia sehingga dianggap proporsi yang diturunkan oleh Tuhan sendiri. Dalam bidang desain proporsi ini dapat kita lihat dalam perbandingan ukuran kertas dan layout halaman.

Irama (Rhythm)
Irama adalah pengulangan gerak yang teratur dan terus menerus. Dalam bentuk –bentuk alam bisa kita ambil contoh pengulangan gerak pada ombak laut, barisan semut, gerak dedaunan, dan lain-lain. Prinsip irama sesungguhnya adalah hubungan pengulangan dari bentuk –bentuk unsur rupa.

Dominasi (Domination)
Dominasi merupakan salah satu prinsip dasar tatarupa yang harus ada dalam karya seni dan deisan. Dominasi berasal dari kata Dominance yang berarti keunggulan . Sifat unggul dan istimewa ini akan menjadikan suatu unsure sebagai penarik dan pusat perhatian. Dalam dunia desain, dominasi sering juga disebut Center of Interest, Focal Point dan Eye Catcher. Dominasi mempunyai bebrapa tujuan yaitu utnuk menarik perhatian, menghilangkan kebosanan dan untuk memecah keberaturan.

Sumber : Dasar-Dasar Tata Rupa dan Desain, Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto, Yogyakarta 2005

Senin, 09 Maret 2009

ISO, Speed dan Diafragma

Apa yang seharusnya kita perhatikan sebelum kita memutuskan untuk menekan shutter pada kamera kita untuk membidik objek yang sudah kita komposisikan sebagaimana dengan apa yang kita inginkan didalam viewfinder. Ada yang sering salah kaprah dalam melakukan penentuan mana yang harus ditentukan dahulu antara ISO, Speed, dan Diafragma.

Kombinasi Antara Shutterspeed dan Diafragma :

Semakin besar bukaan (angka kecil) semakin banyak cahaya yang masuk, semakin lama rana membuka (angka speed kecil) juga akan semakin banyak cahaya yang masuk. Maka saat kita memotret menggunakan high speed (kecepatan tinggi) kita telah mengurangi durasi waktu cahaya yang masuk untuk menyeimbangkannya maka kita harus membuka diafragma lebih besar.

Kapan waktu kita menggunakan speed 1/2000 (high speed)?

Kapan waktu kita menggunakan speed 1/10 (slow speed)?

Kapan waktu kita menggunakan bukaan diafragma 2,8?

Kapan waktu kita menggunakan bukaan diafragma 11 atau bahkan 22?

Untuk menjawab persoalan diatas kita harus menentukan dulu prioritas dan kebutuhan akan foto yang akan kita buat dan akan memuat apa foto tersebut.

Speed Cepat

Jika kita ingin memotret benda yang bergerak dengan cepat, misalnya foto orang yang sedang meloncat, dan ingin objek itu benar-benar tampak diam, kita harus mengatur shutterspeed secepat mungkin. Misalnya setting shutterspeed 1/1000 detik, selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengatur diafragma agar indikator eksposure tetap berada di tengah.

Speed Lambat

Jika ingin menghasilkan efek “Panning” (misalnya foto motor atau mobil yang sedang berjalan dengan background yang seolah-olah bergerak), kita harus membuka kamera lebih lama sekitar 1/30 detik. Lalu ikutilah pergerakan objek yaitu motor atau mobil tadi. Karena kamera mengkuti pergerakan objek, maka objek akan tetap fokus namun background akan seolah-olah bergerak. Efek “Panning” tidak mungkin didapatkan melalui shutterspeed yang terlalu cepat. Karena pada keadaan shutterspeed cepat foto yang akan kita hasilkan ada foto yang bermuatan stop action (freeze).

Bukaan Diafragma Besar

Pasti anda pernah melihat foto dengan suatu objek yang tajam dengan background yang blur. Teknik sangat digemari karena dapat memperkuat objek pada foreground dan juga terasa lebih artistik. Caranya adalah dengan bukaan diafragma yang besar, misalnya F/1.4, F/1.8, F/2, dst. Semakin kecil angka di belakang huruf F,semakin besar bukaan diafragmanya.

Bukaan Kecil

Jika bukaan diafragma besar menghasilkan efek blur pada background, maka bukaan diafragma kecil menghasilkan efek tajam dari foreground sampai background. Bukaan diafragma kecil biasanya digunakan dalam memotret landscape, yang membutuhkan detail dan ketajaman di seluruh bagian foto.

Yang perlu diingat adalah setiap kita memprioritaskan untuk mengatur speed, maka pengaturan diafragma juga harus disesuaikan agar indikator eksposur tetap berada di tengah.

ISO

Jika telah memahami akan kombinasi shutterspeed dan diafragma, maka kombinasi selanjutnya ditambah dengan ISO.

Ada beberapa kondisi, contohnya saat malam hari dan cahaya yang minim, kita sudah mengatur bukaan sebesar mungkin, agar indikator eksposure tepat di tengah hanya mendapat shutterspeed 1/5 detik yang sangat rawan akan blur atau shake. Padahal kita tidak boleh kehilangan momen. Tidak dapat juga menurunkan speed agar tidak blur, karena foto akan menjadi under eksposure alias gelap.

Solusi dari masalah ini adalah menaikan ISO. Jika sebelumnya setting ISO 200, naikan menjadi ISO 400, 800, 1000, dst. Tergantung kebutuhan. ISO yang tinggi berarti menambah kemampuan kamera menangkap cahaya. Speed yang tadi hanya 1/5 bisa menjadi 1/60 detik dengan menaikan ISO. Efek samping dari menaikkan adalah munculnya bintik-bintik pada foto. Hal seperti itu biasa disebut dengan istilah grain atau noise untuk kasarnya bisa juga ketombe.

Sangat mudah untuk menghasilkan eksposure yang tepat, hanya tinggal bermain-main sedikit dengan logika kita.

Selamat Datang

Selamat datang, salam jumpa dari saya.
Disini adalah tempat anda untuk berbagi.
Saya disini bukan mencoba untuk menggurui atau bahkan mengajari kepada anda semua.
Disini saya hanya bermaksud untuk menyampaikan tentang apa yang sudah pernah saya dapatkan dari orang-orang yang lebih dulu mengerti tentang fotografi.
Apa yang saya utarakan disini sifatnya adalah pengetahuan tambahan saja dan lewat media inilah saya ingin berbagi dengan anda semua.
Silahkan anda mengambil apa yang kria2 bermanfaat bagi anda.
Dan untuk teman-teman yang memang belum mengerti dan akan memulai sebuah perjalanan di bidang fotografi mungkin tidak ada salahnya untuk membaca informasi dan saling berbagi disini.
Selamat menikmati.




Regards,


Nurrahman Almaghribi, Inunk.